Sebagai bahan renungan...
Teman... luangkanlah sedikit waktu kalian yang berharga
untuk membaca secuil cerita sederhana yang tak berharga ini.
Ini terlintas seketika di pikiran saya sewaktu saya sedang
berpanas-panasan di luar. Begitu jengkelnya saya, saya marah kepada Tuhan untuk
segera menggeser matahari supaya tidak sepanas ini. Dan setelah berkeluh kesah
di dalam hati, langit seakan menjawab...
Langit yang tadinya panas seketika teduh. Itu membuat saya
teramat sangat nyaman akan keteduhannya, karna sebelumnya sangat panas sekali.
Tapi itu tidak bertahan lama. Tampaknya langit belum puas untuk menyombongkan
kehebatannya. Pada akhirnya saya terus saja ngedumel sampai saya selesai dengan
pekerjaan saya di bawah teriknya matahari.
Setelah selesai dengan urusan di luar, saya kembali ke dalam
rumah untuk berteduh dari matahari yang ganas itu. Di dalam rumah pun saya
masih saja ngedumel dengan masalah yang sama. Segera saya mencari semua merk
kipas angin yang ada di rumah untuk segerak dinyalakan. Belum puas juga, Saya
pun segera merendamkan tubuh panas ini ke dalam bak air sepenuhnya. Tapi itu
juga belum menjawab persoalan saya. Huh manusia.
Teman....
Tahukah kalian bahwa kondisi yang saya rasakan ketika merasa
teramat nyaman ketika langit menjadi teduh dari teriknya matahari dan dan
ketika saya belum merasa nyaman berteduh di dalam rumah adalah SAMA SAJA.
Sekarang baru saya sadari bahwa saya sedang di beri
pelajaran oleh panasnya matahari ketika berada di luar. Panasnya matahari yang
menimpa tubuh walaupun diberi hanya beberapa detik oleh langit untuk teduh tapi
sungguh beberapa detik itu saya sangat merasa nyaman. Berbeda ketika saya sudah
di dalam rumah yang teduh tetapi saya masih saja belum puas akan keteduhannya.
Jadi, begitu jugalah hidup...
Bahwa panasnya matahari atau proses dalam menggapai sesuatu
dengan berbagai macam cobaan justru itulah yang bisa membuat kita lebih
menghargai dan lebih bersyukur.
Dan ingat, Temanku...
Bahwa kita sebagai manusia
harus selalu bersyukur atas semua nikmat terutama nikmat sehat dan
nikmat hidup. Karna kita ini dikejar dengan yang namanya kematian. Jadi selain
memahami dan bersyukur apalagi yang harus kita perbuat?
Oleh: Muhamad. Adrunnafis
Penulis merupakan pakar IT dalam bidang hacker di PT SAMUDRA
INFORMINDO PERKASA, dan merupakan software preogrammer and accounting system
dan IT Consultant di beberapa negara tetangga. Kini beliau aktif menulis di
harian Tempo, Republik, serta Kompas.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan jika anda yang ingin komentar, namun tolong gunakan bahasa yang sopan dan manusiawi. terimakasih telah komentar :)